Dampak Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak
(BBM) Terhadap Tingkat Inflasi dan Perekonomian Indonesia
ABSTRAK
Bahan bakar minyak adalah bahan bakar yang paling
dominan digunakan oleh manusia. Seiring dengan berjalannya waktu, stok minyak
didalam bumi semakin menipis sehingga manusia terus berusaha mencari bahan
bakar alternative yang ramah lingkungan, salah satunya adalah bahan bakar gas.
Menggunakan bahan bakar gas secara tidak langsung akan membantu pemerintah
melaksanakan program konversi energy dari minyak ke gas, membantu mengatasi
masalah kelangkaan BBM, Memperlambat laju pemanasan global akibat tingginya
kadar Cox. Mengacu pada tujuan diatas, kami memilih genset sebagai subyek alat
percobaan, caranya dengan memodifikasi karburator sehingga akan ada dua bahan
bakar yaitu bensin dan LPG yang akan digunakan secara bergantian. Percobaan ini
akan membuktikan performa kedua bahan bakar tersebut Berdasarkan hasil
percobaan didapat kesimpulan bahwa Konsumsi bahan bakar LPG lebih sedikit dibanding
konsumsi bahan bakar bensin. Bisa diambil contoh pada putaran 2200rpm
pembebanan 300watt, bahan bakar bensin menghabiskan 0,035kg/10 menit = 3,5gr/menit
sedangkan bahan bakar LPG menghabiskan 0,03kg/10 menit = 3gr/menit.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebijakan pemerintah untuk menaikan harga bahan
bakar minyak (BBM) dalam negeri menyebabkan perubahan perekonomian secara
drastis. Kenaikan BBM ini akan diikuti oleh naiknya harga barang-barang dan
jasa-jasa di masyarakat. Kenaikan harga barang dan jasa ini menyebabkan tingkat
inflasi di Indonesia mengalami kenaikan dan mempersulit perekonomian masyarakat
terutama masyarakat yang berpenghasilan tetap.
Jika terjadi kenaikan harga BBM di negara ini,
akan sangat berpengaruh terhadap permintaan (demand) dan penawaran (supply).
Permintaan adalah keinginan yang disertai dengan kesediaan serta kemampuan
untuk membeli barang yang bersangkutan (Rosyidi, 2009:291). Sementara penawaran
adalah banyaknya jumlah barang dan jasa yang ditawarkan oleh produsen pada
tingkat harga dan waktu tertentu.
Permintaan dari masyarakat akan berkurang karena
harga barang dan jasa yang ditawarkan mengalami kenaikan. Begitu juga dengan
penawaran, akan berkurang akibat permintaan dari masyarakat menurun. Harga
barang-barang dan jasa-jasa menjadi melonjak akibat dari naiknya biaya produksi
dari barang dan jasa. Ini adalah imbas dari kenaikan harga BBM. Hal ini sesuai
dengan hukum permintaan, “Jika harga suatu barang naik, maka jumlah barang yang
diminta akan turun, dan sebaliknya jika harga barang turun, jumlah
barang yang diminta akan bertambah” (Jaka, 2007:58).
Masalah lain yang akan muncul akibat dari kenaikan
harga BBM adalah kekhawatiran akan terhambatnya pertumbuhan ekonomi. Ini
terjadi karena dampak kenaikan harga barang dan jasa yang terjadi akibat
komponen biaya yang mengalami kenaikan. Kondisi perekonomian Indonesia juga
akan mengalami masalah. Daya beli masyarakat akan menurun, munculnya
pengangguran baru, dan sebagainya.
Inflasi yang terjadi akibat kenaikan harga BBM tidak
dapat atau sulit untuk dihindari, karena BBM adalah unsur vital dalam proses
produksi dan distribusi barang. Disisi lain, kenaikan harga BBM juga tidak
dapat dihindari, karena membebani APBN. Sehingga Indonesia sulit untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi, baik itu tingkat investasi, maupun
pembangunan-pembangunan lain yang dapat memajukan kondisi ekonomi nasional.
Dengan naiknya tingkat inflasi, diperlukan
langkah-langkah atau kebijakan-kebijakan untuk mengatasinya, demi menjaga
kestabilan perekonomian nasional. Diperlukan kebijakan pemerintah, dalam hal
ini Bank Sentral yakni Bank Indonesia untuk mengatur jumlah uang yang beredar
di masyarakat. Jumlah uang yang beredar di masyarakat ini berhubungan dengan
tingkat inflasi yang terjadi. Banyaknya uang yang beredar di masyarakat ini
adalah dampak konkret dari kenaikan harga BBM.
Bank Indonesia selaku lembaga yang memiliki
wewenang untuk mengatasi masalah ini, selain pemerintah tentunya, bertugas
untuk mengatur jumlah uang yang beredar di masyarakat. Salah satu langkah
yang dilakukan untuk mengatasi inflasi ini adalah dengan mengatur tingkat suku
bunga. Kebijakan menaikan dan menurunkan tingkat suku bunga ini dikenal dengan
sebutan politik diskonto yang merupakan salah satu instrumen kebijakan moneter.
Dari latar belakang diatas, maka dalam makalah ini
penulis akan membahas mengenai “Dampak Kenaikan Harga Bahan Bakar
Minyak (BBM) Terhadap Tingkat Inflasi dan Perekonomian Indonesia”.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah mengenai dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM)
terhadap perekonomian Indonesia, yang didalamnya juga berdampak pada tingkat
inflasi. Masalah ini diambil karena kenaikan harga BBM dapat mempengaruhi
kondisi perekonomian nasional. Dalam makalah ini, penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apa saja
dampak dari kenaikan harga BBM?
2. Bagaimana
dampak kenaikan harga BBM terhadap inflasi dan perekonomian Indonesia?
3. Bagaimana
langkah yang ditempuh pemerintah untuk mengatasi inflasi yang disebabkan oleh
kenaikan harga BBM?
C. Tujuan Makalah
Dari masalah diatas, secara garis besar tujuan
dari penyusunan makalah ini adalah untuk menjelaskan mengenai dampak dari
kenaikan harga BBM. Adapun tujuan dari makalah ini adalah agar dapat mengetahui
secara jelas mengenai :
1. Dampak dari
kenaikan harga BBM, baik itu dampak positif maupun dampak negatifnya.
2. Dapat
mengetahui mengenai dampak kenaikan harga BBM terhadap inflasi yang
akan terjadi.
3. Mengetahui
langkah-langkah pemerintah dalam mengatasi inflasi.
D. Manfaat Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan dapat
memberikan kegunaaan atau manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.
Secara teoritis, makalah ini berguna sebagai pengembangan ilmu, sesuai dengan
masalah yang dibahas dalam makalah ini. Secara praktis, makalah ini
diharapkan bermanfaat bagi:
1. penulis,
seluruh kegiatan penyusunan dan hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan
dapat menambah pengalaman, wawasan dan ilmu dari masalah yang dibahas dalam
makalah ini;
2. pembaca,
makalah ini daharapkan dapat dijadikan sebagai sumber tambahan dan sumber
informasi dalam menambah wawasan pembaca.
E. Landasan
Teoretis
1. Pengertian
Inflasi
Dalam ilmu
ekonomi, kata inflasi sering muncul, terutama jika dalam
pembahasan mengenai ilmu ekonomi makro. Begitu juga dalam masalah keuangan dan
perbankan. Secara sederhana, inflasi dapat diartikan sebagai turunnya atau
melemahnya nilai mata uang akibat banyaknya jumlah uang yang beredar
dimasyarakat. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata inflasi memiliki
arti kemerosotan nilai uang (kertas) karena banyaknya dan cepatnya uang
(kertas) beredar sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang (Depdiknas,
2005:423).
Menurut Jaka (2007:113) menyatakan,
Inflasi adalah suatu gejala ekonomi dimana terjadi
kemerosotan nilai uang karena banyaknya uang yang beredar atau suatu keadaan
yang menyatakan terjadinya kenaikan harga-harga secara umum dan menunjukan
suatu proses turunnya nilai uang secara continue.
Pendapat lain menyatakan bahwa
inflasi adalah proses meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang disebabkan oleh berbagai
faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas
di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga
akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang (Samuelson,
1986:292). Inflasi terjadi apabila tingkat harga dan biaya umum naik;
harga bahan pokok, harga bahan bakar, tingkat upah, harga tanah, sewa
barang-barang modal juga naik (Samuelson, 1986:293).
Ada beberapa pengertian inflasi yang disampaikan
para ahli. Menurut A.P. Lehner, inflasi adalah keadaan dimana terjadi kelebihan
permintaan (Excess Demand) terhadap barang-barang dalam perekonomian secara
keseluruhan. Ahli yang lain, yaitu Ackley memberi pengertian inflasi sebagai
suatu kenaikan harga yang terus menerus dari barang dan jasa secara umum (bukan
satu macam barang saja dan sesaat). Sedangkan menurut Boediono, inflasi sebagai
kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus.
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi,
kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada atau mengakibatkan kenaikan
sebagian besar dari barang-barang lain.
Dalam definisi lain, inflasi merupakan proses
dimana terjadinya kenaikan harga barang-barang dan jasa-jasa secara menyeluruh
dalam satu periode tertentu, biasanya dalam satu tahun. Inflasi terjadi ketika
harga mengalami kenaikan, sementara nilai uang mengalami penurunan.
Inflasi juga dapat diartikan sebagai proses
menurunnya nilai mata uang yang diakibatkan karena jumlah uang yang
beredar di masyarakat lebih banyak dibandingkan jumlah barang dan jasa yang
tersedia. Berdasarkan berbagai definisi yang telah dikemukakan di atas,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum inflasi adalah suatu gejala
naiknya harga secara terus-menerus (berkelanjutan) terhadap sejumlah barang.
Kenaikan yang sifatnya sementara tidak dikatakan inflasi dan kenaikan harga
terhadap satu jenis komoditi juga tidak dikatakan inflasi.
2. Pengertian
Perekonomian
Sebelum membahas perekonomian, perlu dibahas
mengenai ilmu ekonomi. Menurut Samuelson (1986:5) mengatakan,
Ilmu ekonomi merupakan suatu studi tentang
perilaku orang dan masyarakat dalam memilih dan menggunakan sumberdaya yang
langka dan yang memiliki beberapa alternatif penggunaan, dalam rangka
memproduksi berbagai komoditi, untuk kemudian menyalurkannya - baik saat ini
maupun dimasa depan – kepada berbagai individu dan kelompok yang ada dalam
suatu masyarakat.
Sementara secara etimologi, kata ekonomi berasal
dari bahasa Yunani, yaitu Oikos, yang berarti rumah tangga,
danNomos, yang berarti aturan. Jadi ekonomi secara
bahasa adalah aturan rumah tangga (Jaka, 2007:96). Secara istilah
ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari berbagai tindakan manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan
yang terbatas.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, ekonomi
diartikan sebagai ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi dan pemakaian
barang-barang serta kekayaan (seperti keuangan, perindustrian dan perdagangan)
(Depdiknas, 2005:287). Sementara perekonomian diartikan sebagai tindakan
(aturan atau cara) berekonomi (Depdiknas, 2005:287). Dalam suatu Negara,
ekonomi merupakan suatu tata kehidupan yang sangat penting. Perekonomian di
suatu Negara merupakan suatu system yang digunakan oleh pemerintah untuk
mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya, baik itu sumber daya alam maupun
sumber daya manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada bagian pembahasan ini, penulis membahas
mengenai permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah.
Masalah-masalah ini dibahas dan disesuaikan dengan teori-teori yang sesuai
dengan permasalahan.
1. Jenis-Jenis Inflasi
a. Berdasarkan
Tingkat Keparahan
1. Inflasi
ringan (creeping inflation)
Besarnya inflasi ini di bawah 10% dalam setahun.
2. Inflasi
sedang
Besarnya inflasi antara 10% - 30% setahun.
3. Inflasi
berat
Besarnya inflasi antara 30% - 100%.
4. Hiperinflasi
Besarnya inflasi ini diatas 100% dalam setahun.
b. Berdasarkan
Sumbernya
1. Importer
Inflation
Inflasi ini berasal atau bersumber dari luar
negeri, yang terjadi karena adanya kecenderungan kenaikan barang-barang di luar
negeri.
2. Domestic
Inflation
Inflasi ini berasal atau bersumber dari dalam
negeri sendiri, yang akan memengaruhi pertumbuhan perekonomian dalam negeri.
Domestic inflation terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang
dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang
berakibat harga mengalami kenaikan.
c. Berdasarkan
Penyebabnya
1. Demand Full
Inflation
Adalah inflasi yang timbul karena adanya kenaikan
yang sangat tinggi terhadap permintaan barang dan jasa.
2. Cost Push
Inflation
Adalah inflasi yang terjadi karena adanya kenaikan
biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa, bukan karena adanya ketidak
seimbangan antara permintaan dan penawaran.
Selain demand full inflation dan cost push
inflation, ada beberapa jenis inflasi jika dilihat dari faktor penyebabnya,
yaitu:
1. Inflasi Tarikan Permintaan
Inflasi tarikan permintaan terjadi sebagai akibat
dari adanya kenaikan permintaan agregat (AD) yang terlalu besar atau pesat
dibandingkan dengan penawaran atau produksi agregat.
2. Inflasi Dorongan Biaya
Inflasi dorongan biaya terjadi sebagai akibat
adanya kenaikan biaya produksi yang pesat dibandingkan dengan produktivitas dan
efisiensi proses produksi dari suatu perusahaan.
3. Inflasi Struktural
Inflasi struktural terjadi akibat dari berbagai
kendala atau kekakuan struktural yang menyebabkan penawaran menjadi tidak
responsif terhadap permintaan yang meningkat.
2. Penyebab
Terjadinya Inflasi
Inflasi terjadi apabila tingkat harga dan biaya
umum naik; harga bahan pokok, harga bahan bakar, tingkat upah, harga tanah,
sewa barang-barang modal juga naik. Selain itu, inflasi juga diakibatkan oleh:
a. Pengeluaran
pemerintah lebih banyak dari permintaan,
b. Adanya
tuntutan upah yang tinggi,
c. Adanya
lonjakan permintaan barang-barang dan jasa-jasa,
d. Adanya
kenaikan dalam biaya produksi.
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu
tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah
desakan (tekanan) produksi dan distribusi (kurangnya produksi (product or
service) juga termasuk kurangnya distribusi). Untuk sebab pertama lebih
dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan
untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor
yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government)
sepertikebijakan fiskal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif),
kebijakan pembangunan infrastruktur dan regulasi.
Inflasi tarikan permintaan (demand pull
inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana
biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi
permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya
volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap
barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor
produksitersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu
kemudian menyebabkan harga faktor
produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan
dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam
situasi full employment, dimanana biasanya lebih disebabkan oleh
rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas
di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya
kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku
bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor
industri keuangan.
Inflasi desakan biaya (cost push inflation)
terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan juga termasuk adanya kelangkaan
distribusi, meskipun permintaan secara umum tidak ada perubahan yang
meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau
berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat
memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum
permintaan danpenawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai
keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala
distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat
berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi, bencana alam,
cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi, aksi spekulasi
(penimbunan), sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di
pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam
hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.
Jika dihubungkan dengan kenaikan harga BBM,
inflasi yang terjadi disebabkan oleh adanya tekanan dalam proses produksi dan
distribusi. Para produsen akan mengurangi jumlah barang yang akan diproduksi
atas pertimbangan biaya produksi yang melonjak. Kalaupun proses produksi tetap
lancar, proses distribusi lah yang akan menghambatnya. Akibat dari kenaikan
harga BBM biaya atau ongkos untuk mendistribusikan barang hasil produksi akan
mengalami kenaikan.
3. Dampak
Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM)
Dalam situasi ekonomi masyarakat yang sulit, maka
kenaikan BBM bisa kontraproduktif. Kenaikan harga BBM akan menimbulkan
kemarahan masal, sehingga ketidakstabilan dimasyarakat akan meluas (Hamid,
2000:144). Sebagian masyarakat merasa tidak siap untuk menerima kenaikan harga
BBM. Kenaikan BBM ini merupakan tindakan pemerintah yang beresiko tinggi.
Meskipun demikian, kenaikan harga BBM juga dapat
menimbulkan dampak yang positif.
a. Dampak
Positif
1) Munculnya
bahan bakar dan kendaraan alternatif
Seiring dengan melonjaknya harga minyak dunia, muncul berbagai bahan bakar
alternatif baru. Yang sudah di kenal oleh masyarakat luas adalah BBG (Bahan
Bakar Gas). Harga juga lebih murah dibandingkan dengan harga BBM bersubsidi.
Ada juga bahan bakar yang terbuat dari kelapa sawit. Tentunya bukan hal sulit
untuk menciptakan bahan bakar alternatif mengingat Indonesia adalah Negara yang
kaya akan Sumber Daya Alam. Selain itu, akan muncul juga berbagai kendaraan
pengganti yang tidak menggunakan BBM, misalnya saja mobil listrik, mobil yang
berbahan bakar gas, dan kendaraan lainnya.
2) Pembangunan
Nasional akan lebih pesat
Pembangunan nasional akan lebih pesat karena dana
APBN yang awalnya digunakan untuk memberikan subsidi BBM, jika harga
BBM naik, maka subsidi dicabut dan dialihkan untuk digunakan dalam pembangunan
di berbagai wilayah hingga ke seluruh daerah.
3) Hematnya
APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)
Jika harga BBM mengalami kenaikan, maka jumlah
subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah akan berkurang. Sehingga Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dapat diminimalisasi.
4) Mengurangi
Pencemaran Udara
Jika harga BBM mengalami kenaikan, masyarakat akan
mengurangi pemakaian bahan bakar. Sehingga hasil pembuangan dari bahan bakar
tersebut dapat berkurang, dan akan berpengaruh pada tingkat kebersihan udara.
b. Dampak
negatif
1) Harga
barang-barang dan jasa-jasa menjadi lebih mahal.
Harga barang dan jasa akan mengalami kenaikan
disebabkan oleh naiknya biaya produksi sebagai imbas dari naiknya harga bahan
bakar.
2) Apabila
harga BBM memang dinaikkan, maka akan berdampak bagi perekonomian khususnya
UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah)
3) Meningkatnya
biaya produksi yang diakibatkan oleh: misalnya harga bahan, beban transportasi
dll.
4) Kondisi
keuangan UMKM menjadi rapuh, maka rantai perekonomian akan terputus.
5) Terjadi
Peningkatan jumlah pengangguran.
Dengan meningkatnya biaya operasi
perusahaan, maka kemungkinan akan terjadi PHK.
6) Inflasi
Inflasi akan terjadi jika harga BBM menglami
kenaikan. Inflasi yang terjadi karena meningkatnya biaya produksi suatu barang
atau jasa.
4. Dampak
Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Terhadap Inflasi dan Perekonomian
Jika terjadi kenaikan harga BBM, maka akan terjadi
inflasi. Terjadinya inflasi ini tidak dapat dihindari karena bahan bakar, dalam
hal ini premium, merupakan kebutuhan vital bagi masyarakat, dan merupakan jenis
barang komplementer. Meskipun ada berbagai cara untuk mengganti penggunaan BBM,
tapi BBM tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-hari.
Inflasi akan terjadi karena apabila subsidi
BBM dicabut, harga BBM akan naik. Masyarakat mengurangi pembelian BBM. Uang
tidak tersalurkan ke pemerintah tapi tetap banyak beredar di masyarakat. Jika
harga BBM naik, harga barang dan jasa akan mengalami kenaikan pula. Terutama
dalam biaya produksi. Inflasi yang terjadi dalam kasus ini adalah “Cost Push
Inflation”.Karena inflasi ini terjadi karena adanya kenaikan dalam biaya
produksi. Ini jika inflasi dilihat berdasarkan penyebabnya. Sementara jika
dilihat berdasarkan sumbernya, yang akan terjadi adalah “Domestic Inflation”,
sehingga akan berpengaruh terhadap perekonomian dalam negeri.
Kenaikan harga BBM akan membawa pengaruh terhadap
kehidupan iklim berinvestasi. Biasanya kenaikan BBM akan mengakibatkan naiknya
biaya produksi, naiknya biaya distribusi dan menaikan juga inflasi. Harga
barang-barang menjadi lebih mahal, daya beli merosot, kerena penghasilan
masyarakat yang tetap. Ujungnya perekonomian akan stagnan dan tingkat
kesejahteraan terganggu.
Di sisi lain, kredit macet semakin kembali
meningkat, yang paling parah adalah semakin sempitnya lapangan kerja karena
dunia usaha menyesuaikan produksinya sesuai dengan kenaikan harga serta
penurunan permintaan barang.
Hal-hal di atas terjadi jika harga BBM dinaikkan,
Bagaimana jika tidak? Subsidi pemerintah terhadap BBM akan semakin meningkat
juga. Meskipun negara kita merupakan penghasil minyak, dalam kenyataannya untuk
memproduksi BBM kita masih membutuhkan impor bahan baku minyak juga.
Dengan tidak adanya kenaikan BBM, subsidi yang
harus disediakan pemerintah juga semakin besar. Untuk menutupi sumber subsidi,
salah satunya adalah kenaikan pendapatan ekspor. Karena kenaikan harga minyak
dunia juga mendorong naiknya harga ekspor komoditas tertentu. Seperti kelapa
sawit, karena minyak sawit mentah (CPO) merupakan subsidi minyak bumi. Income
dari naiknya harga CPO tidak akan sebanding dengan besarnya biaya yang harus
dikeluarkan untuk subsidi minyak.
5. Dampak
Inflasi Terhadap Perekonomian Nasional
Kenaikan harga BBM berdampak pada meningkatnya
inflasi. Dampak dari terjadinya inflasi terhadap perekonomian nasional adalah
sebagai berikut:
1. Inflasi akan
mengakibatkan perubahan output dan kesempatan kerja di masyarakat,
2. Inflasi
dapat mengakibatkan ketidak merataan pendapatan dalam masyarakat,
3. Inflasi
dapat menyebabkan penurunan efisiensi ekonomi.
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak
negatif, tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu
ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong
perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat
orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya,
dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi),
keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang
menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena
harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai
negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan
kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi
semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Sementara dampak inflasi bagi masyarakat, ada yang
merasa dirugikan dan ada juga yang diuntungkan. Golongan masyarakat yang
dirugikan adalah golongan masyarakat yang berpenghasilan tetap, masyarakat yang
menyimpan hartanya dalam bentuk uang, dan para kreditur. Sementara golongan
masyarakat yang diuntungkan adalah kaum spekulan, para pedagang dan
industriawan, dan para debitur.
Inflasi dapat dikatakan sebagai salah satu
indikator untuk melihat stabilitas ekonomi suatu wilayah negara atau daerah.
Yang mana tingkat inflasi menunjukkan perkembangan harga barang dan jasa secara
umum yang dihitung dari indeks harga konsumen (IHK). Dengan demikian angka
inflasi sangat mempengaruhi daya beli masyarakat yang berpenghasilan tetap, dan
disisi lain juga mempengaruhi besarnya produksi dari suatu barang dan jasa.
6. Upaya
Pemerintah dalam Mengatasi Inflasi
Beberapa kebijakan yang dapat diambil pemerintah
untuk mengatasi terjadinya inflasi adalah sebagai berikut:
a. Kebijakan
Moneter
1. Politik
Diskonto
Untuk mengatasi terjadinya inflasi, maka bank
sentral harus mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara bank sentral akan
menaikan tingkat suku bunga pinjaman kepada bank umum. Kebijakan ini juga
disebut denganRediscount Policy atau kebijakan suku bunga.
2. Politik
Pasar Terbuka (Open Market Policy)
Dalam politik pasar terbuka, bank sentral akan
menjual (jika terjadi inflasi) atau membeli (jika terjadi deflasi) surat-surat
berharga kepada masyarakat, sehingga ada arus uang yang masuk dari masyarakat
ke bank sentral.
3. Menaikan
Cash Ratio (Persediaan Kas)
Cash Ratio merupakan perbandingan antara kekayaan
suatu bank dengan kewajiban yang harus dibayarkan. Untuk mengatasi inflasi,
bank sentral akan menaikan cadangan kas bank-bank umum sehingga jumlah uang
yang bisa diedarkan oleh bank umum kepada masyarakat akan berkurang.
4. Kebijakan
Kredit Selektif (Selective Credit Control)
Untuk mengatasi inflasi atau mengurangi jumlah
uang yang beredar di masyarakat, maka diambil kebijakan memperketat kredit atau
pinjaman bagi masyarakat.
5. Margin Requirements
Kebijakan ini digunakan untuk membatasi penggunaan
untuk tujuan-tujuan pembelian surat berharga.
b. Kebijakan
Fiskal
Dalam kebijakan fiskal, untuk mengatasi inflasi
pemerintah harus mengatur penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan pemerintah.
Dalam hal penerimaan, pemerintah bisa menaikan tarif pajak, sehingga jumlah
penerimaan pemerintah meningkat. Kebijakan yang kedua
adalah Expenditure Reducing, yakni mengurangi pengeluaran yang konsumtif,
sehingga akan mempengaruhi terhadap permintaan (Demand Full Inflation).
BAB III
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, penulis
dapat mengemukakan simpulan dari masalah yang dibahas. Inflasi merupakan
melemahnya atau menurunnya nilai mata uang karena banyaknya jumlah uang yang
beredar dimasyarakat, atau suatau keadaan dimana terjadinya kenaikan
harga-harga secara umum dan terjadi secara terus-menerus (continue).
Naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) akan
berdampak bagi masyarakat. Baik itu dampak positif maupun dampak negatif.
Dampak yang signifikan akan terjadi pada tingkat inflasi dan pada kondisi
perekonomian nasional. Dampak kenaikan harga BBM terhadap inflasi adalah akan
terjadi kenaikan pada tingkat persentase inflasi. Jumlah uang yang beredar di
masyarakat akan bertambah, dan akan berdampak pula pada harga berbagai jenis
barang dan jasa. Kondisi perekonomian akan mengalami goncangan, ketidakstabilan
akan terjadi. Iklim investasi akan menurun, sehingga berpengaruh pada jumlah
pendapatan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan pemerintah untuk mengatasi
inflasi adalah dengan kebijakan moneter. Seluruh instrumen kebijakan moneter
efektif dalam mengurangi dan mengatasi inflasi.
B. Saran
Sesuai dengan kesimpulan diatas, penulis
merumuskan saran sebagai berikut.
1. Pemerintah
hendaknya memilih waktu yang tepat untuk mengeluarkan kebijakan menaikan harga
bahan bakar minyak (BBM).
2. Jika inflasi
terjadi akibat dampak dari kebijakan pemerintah, diperlukan suatu langkah yang
tepat dalam mengatasi inflasi yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus
Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta:
Balai Pustaka.
Hamid, Edi Suandi. (2000). Perekonomian
Indonesia: Masalah dan Kebijakan
Kontemporer.
Jogjakarta: UII Press.
Jaka, Nur dkk. (2007). Intisari Ekonomi untuk
SMA. Bandung: CV Pustaka
Mandiri.
Mankiw, N. Gregory. (2006). Makroekonomi
Edisi-6. Jakarta: Erlangga.
Rosyidi, Suherman. (2009). Pengantar Teori
Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori
Ekonomi
Mikro dan Makro. Jakarta: Rajawali Pers.
Samuelson, Paul A. dan William D. Nordhaus.
(1986). Ekonomi Edisi Ke-12.
Jakarta:
Erlangga.
Wahyuningsih, Endang. (2012). Dampak Kenaikan
Harga Minyak Terhadap
Kondisi Ekonomi Indonesia. [Online]. Tersedia:http://www.wealthindonesia.com/wealth-growth-and-accumulation/dampak-kenaikan-harga-minyak-terhadap-kondisi-ekonomi-indo.html. [21
I am very interested in the information contained in this post. The information contained in this post inspired me to generate research ideas.
BalasHapusUnimuda Sorong