PERKEMBANGAN STRATEGI DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI
INDONESIA
A.
Macam-Macam
Strategi Pembangunan Indonesia
sebelum mempelajari perekonomian Negara
Indonesia, akan lebih baik kita perhatikan terlebih dahulu konsep-konsep
penting yaitu strategi pembangunan ekonomi. Beberapa strategi pembangunan
ekonomi yang dapat disampaikan adalah:
1. Strategi Pertumbuhan
· Pemikiran
pada strategi ini pertumbuhan ekonomi menjadi kriteria utama bagi
pengukuran keberhasilan pembangunan.
· Selanjutnya
dengan pertumbuhan ekonomi buah pembangunan akan dinikmati pula oleh si miskin
melalui proses merambat ke bawah(trickle down effect) atau melalui
tindakan koreksi pemerintah mendistribusikan hasil pembangunan.
· Bahkan
tersirat pendapat bahwa ketimpangan atau ketidakmerataan adalah merupakan
semacam prasyarat atau kondisi yang harus terjadi guna memungkinkan terciptanya
pertumbuhan, yaitu melalui proses akumulasi modal oleh lapisan kaya.
2. Strategi Pembangunan dengan
Pemerataan
Strategi ini dikemukakan oleh Ilma
Aldeman dan Morris. Yang paling penting dari pertumbuhan pemerataan
ini adalah ditekannya peningkatan pembangunan melalui teknik social
engineering, seperti melalui penyusunan rencana induk, paket program
terpadu. Dapat dikatakan bahwa, pembangunan masih diselenggarakan atas dasar
persepsi, instrumen yang ditentukan dari dan oleh mereka yang menemukannya
(Ismid Hadad, 1980). Namun ternyata model pertumbuhan pemerataan ini juga belum
mampu memecahkan masalah pokok yang dihadapi negara-negara sedang berkembang.
Ini dapat dikatakan belum terlalu sempurna dan belum bisa diikuti.
3. Strategi Ketergantungan
Pada tahun 1965 muncul strategi
pembangunan dengan nama strategi ketergantungan. Konsep ini timbul dikarenakan
tidak sempurnanya strategi pertumbuhan dan strategi pembangunan dengan
pemerataan. Yang menarik untuk diperhatikan dari teori ketergantungan adalah
munculnya istilah dualisme utara-selatan,
desa-kota, corepriphery yang pada dirinya mencerminkan adanya
pemikiran pembangunan yang berwawasan ruang.
Maksudnya adalah kemiskinan di
negara–negara berkembang lebih disebabkan karena adanya ketergantungan negara
tersebut dari pihak/negara lainnya. Jika Negara ingin melepaskan diri dari
kemiskinan, maka harus mengarah keupaya seperti meningkatkan produksi
nasional disertai dengan peningkatan kemampuan dalam bidang produksi,
lebih mencintai produk nasional.
Teori ketergantungan ini kemudian
dikritik oleh Kothari dengan mengatakan “. . . . .teori ketergantungan tersebut
memang cukup relevan, namun sayangnya telah menjadi semacam dalih terhadap
kenyataan dari kurangnya usaha untuk membangun masyarakat sendiri (selfdevelopment).
Dapat disimpulan bahwa, strategi ketergantungan hampir sama dengan strategi sebelumnya yang
tidak sempurna.
4. Strategi yang Berwawasan Ruang
4. Strategi yang Berwawasan Ruang
Strategi ini menganjurkan agar
negara-negara sedang berkembang memperbaiki tata hubungan sosial, politik, dan ekonomi
kearah prinsip swadaya, partisipasi rakyat dan keadilan sosial dengan lebih
memperhatikan lapisan masyarakat paling bawah yang hidup dibawah garis
kemiskinan yang ternyata merupakan bagian terbesar dari masyarakat.
5. Strategi Pendekatan Kebutuhan Pokok
Sasaran strategi ini adalah
menaggulangi kemiskinan secara masal. Strategi ini dikembangkan oleh Organisasi
Perburuhan Sedunia (ILO) pada tahun 1975,. ILO dengan menekankan bahwa
kebutuhan pokok manusia tidak mungkin dapat dipengaruhi jika pendapatan masih
rendah akibat kemiskinan yang bersumber pada pengangguran. Oleh karena itu
sebaiknya usaha-usaha diarahkan pada penciptaan lapangan kerja, pelatihan bagi
rakyat yang tidak mempunyai keterampilan sehingga mereka mempunya keterampilan
untuk bekerja, shingga mereka bisa bekerja, dan peningkatan kebutuhan pokok.
B. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pemilihan Strategi Pembangunan Ekonomi
Jika tujuan yang ingin dicapai adalah
menciptakan masyarakat yang mandiri, maka strategi yang dapat dipakai yaitu
jangan membiasakan diri untuk tergantung pada orang lain. Jika tujuan yang
ingin dicapai adalah pemerataan pembangunan, maka strategi yang digunakan
adalah berwawasan ruang.
Perkembangan Ekonomi suatu negara dapat
dilihat dari perubahan-perubahan di dalam stabilitas atau keseimbangannyan
kapasitas perekonomian dalam jangka waktu yang lama. Ada
beberapa karakteristik perkembangan ekonomi modern yang ditinjau
dari interrelasi, yaitu:
· Tingginya
tingkat pengeluaran perkapita dengan meningkatnya produktifitas tenaga kerja
yang cepat
· Tingginya
tingkat penghasilan perkapita yang dapat mengubah tingginya tingkat konsumsi
perkapita
· Teknologi
yang maju guna merubah structural skala produk dan karakteristik unit usaha
ekonomi yang dicapai.
Faktor yang mempengaruhi
diberlakukannya strategi pembangunan yang berorientasi pada penghapusan
kemiskinan pada dasarnya dilandasi oleh keinginan bahwa kemiskinan harus
secepat mungkin diatasi. Jadi faktor-faktor yang mempengaruhi diberlakukannya
strategi pembangunan yang berorientasi pada pemerataan antar daerah adalah :
Potensi daerah yang berbeda
Kebijaksanaan penanaman modal yang
berat sebelah
Adanya ketimpangan antar daerah.
C. STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI DI
INDONESIA
Salah satu tujuan penting perencanaan ekonomi di negara sedang berkembang seperti Negara kita, Negara Indonesia adalah untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi tersebut berarti perlu juga meningkatkan laju pembentukan modal dengan cara meningkatkan tingkat pendapatan,tabungan, dan investasi. Peningkatan laju pembentukan modal pada Indonesia ini menghadapi berbagai kendala, salah satunya yaitu kemiskinan masyarakat Indonesia itu sendiri. Hal ini diakibatkan karena tingkat tabungan yang rendah, tingkat tabungan rendah dikarenakan tingkat pendapatan rendah. Dan karena itu semua berakibat pada laju investasi, laju investasi juga rendah dan berpengaruh pada rendahnya modal dan produktivitas indonesia.
Salah satu tujuan penting perencanaan ekonomi di negara sedang berkembang seperti Negara kita, Negara Indonesia adalah untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi tersebut berarti perlu juga meningkatkan laju pembentukan modal dengan cara meningkatkan tingkat pendapatan,tabungan, dan investasi. Peningkatan laju pembentukan modal pada Indonesia ini menghadapi berbagai kendala, salah satunya yaitu kemiskinan masyarakat Indonesia itu sendiri. Hal ini diakibatkan karena tingkat tabungan yang rendah, tingkat tabungan rendah dikarenakan tingkat pendapatan rendah. Dan karena itu semua berakibat pada laju investasi, laju investasi juga rendah dan berpengaruh pada rendahnya modal dan produktivitas indonesia.
Sebelum orde baru, strategi pembangunan
di Indonesia secara teori telah diarahkan pada usaha pencapaian laju
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Namun, kenyataannya terlihat adanya
kecendrungan lebih menitik beratkan pada tujuan-tujuan politik dan kurang
memperhatikan pembangunan ekonomi. Sehingga perkembangan ekonomi yang tadinya
menjadi perioritas utama menjadi terabaikan dan entah bagaimana kelanjutannya.
Dan pada awal Orde Baru, strategi
pembangunan di Indonesia lebih diarahkan pada tindakan pembersihan dan
perbaikan kondisi ekonomi yang mendasar, terutama usaha-usaha untuk menekan
laju inflasi yang sangat tingi (Hyper Inflasi). Inflasi pada saat itu dapat
dikatakan sangat tinggi. Kehidupan ekonomi masa orde baru, negara bersama
aparat ekonominya mendominasi seluruh kegiatan ekonomi sehingga mematikan
potensi dan kreasi unit-unit ekonomi swasta. Semuanya menyebabkan permulaan
Orde Baru program pemerintah berorientasi pada usaha penyelamatan ekonomi
nasional terutama pada usaha mengendalikan tingkat inflasi, penyelamatan
keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Tindakan pemerintah
ini dilakukan karena adanya kenaikan harga pada awal tahun 1966 yang
menunjukkan tingkat inflasi kurang lebih 650 % setahun. Hal itu menjadi
penyebab kurang lancarnya program pembangunan yang telah direncanakan pemerintah.
Karena keadaan ekonomi yang kacau
itu,pemerintah menempuh cara :
Mengeluarkan Ketetapan MPRS
No.XXIII/MPRS/1966 tentang Pembaruan Kebijakan ekonomi, keuangan dan
pembangunan.
MPRS mengeluarkan garis program
pembangunan, yakni program penyelamatan, program stabilitas dan rehabilitasi,
serta program pembangunan.
Program pemerintah diarahkan pada upaya
penyelamatan ekonomi nasional terutama stabilisasi dan rehabilitasi
ekonomi. Stabilisasi berarti mengendalikan inflasi agar harga
barang-barang tidak melonjak terus. Sedangkan rehabilitasiadalah perbaikan
secara fisik sarana dan prasarana ekonomi. Hakikat dari kebijakan ini adalah
pembinaan sistem ekonomi berencana yang menjamin berlangsungnya demokrasi
ekonomi ke arah terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Kondisi perekonomian setelah 13 tahun
reformasi, begitu banyak kemajuan yang dicapai bangsa Indonesia. Ketika awal
reformasi, perekonomian Indonesia kontraktif minus 13%. Pendapatan per kapita
anjlok di bawah US$ 500 per tahun.
Secara perlahan dan pasti, kondisi kita
terus membaik. Statistik menunjukan bergerak naik – maju. Ketika bangsa-bangsa
lain mengalami pertumbuhan yang sangat rendah, kita nomor 3 terbaik di dunia
dengan pertumbuhan 4,5%. Ada pembelajaran luar biasa bagi bangsa Indonesia
untuk tetap optimis. Oleh sebab itu ketika mengalami krisis kita tetap bangkit
– tumbuh. Tahun 2010 perekonomian nasional tumbuh 6,1%, tahun 2011 meningkat
menjadi 6,5%. Ini tertinggi setelah reformasi, dengan inflasi terendah pula
setelah reformasi yaitu 3,79%. Itu merupakan suatu pencapaian yang cukup
mengesankan di tengah badai krisis ekonomi global yang memporak-porandakan
Negara-negara maju.
Semua strategi-strategi kemudian
dipertegas dengan ditetapkan sasaran-sasaran dan titik berat setiap Repelita,
yakni :
REPELITA I : Meletakkan titik berat
pada sektor pertanian dan industri yang mendukung sektor pertanian meletakkan
landasan yang kuat bagi tahap selanjutnya.
REPELITA II : Meletakkan titik berat
pada sektor pertanian dengan meningkatkan industri yang mengolah bahan mentah
menjadi bahan baku meletakkan landasan yang kuat bagi tahap
selanjutnya.
REPELITA III : Meletakkan titik berat
pada sektor pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang
mengolah bahan baku menjadi barang jadi meletakkan landasan yang kuat bagi
tahap selanjutnya.
REPELITA IV : Meletakkan titik berat
pada sektor pertanian untuk melanjutkan usaha-usaha menuju swasembada pangan
dengan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri sendiri,
baik industri ringan yang akan terus dikembangkan dalam Repelita-repelita
selanjutnya meletakkan landasan yang kuat bagi tahap selanjutnya.
D. Perencanaan Pembangunan
· Manfaat
Perencanaan Pembangunan
Menurut Bintoro Tjokromidjojo,
manfaat perencanaan pembangunan adalah :
1. Dengan adanya perencanaan diharapkan terdapatnya suatu persyaratan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan pembangunan.
1. Dengan adanya perencanaan diharapkan terdapatnya suatu persyaratan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan pembangunan.
2. Dengan perencanaan maka dapat dilakukan
suatu perkiraan terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaa yang akan dilalui.
3. Perencanaan memberikan kesempatan
untuk memilih berbagai alternatif tentang cara yang terbaik atau kesempatan
untuk memilih kombinasi cara yang terbaik.
4. Dengan perencanaan dapat dilakukan penyusunan skala prioritas
4. Dengan perencanaan dapat dilakukan penyusunan skala prioritas
5. Dengan adanya rencana maka akan ada
suatu alat pengukur untuk mengadakan suatu pengawasan dan evaluasi.
6. Penggunaan dan alokasi sumber-sumber
pembangunan yang terbatas adanya secara lebih efisien dan efektif.
7. Dengan perencanaan, perkembangan
ekonom yang mantap atau pertumbuhan ekonomi yang terus menerus dapat
ditingkatkan
8. Dengan perencanaan dapat dicapai stabilitas ekonomi, menghadapi siklis konjungtur.
8. Dengan perencanaan dapat dicapai stabilitas ekonomi, menghadapi siklis konjungtur.
· Periode
Perencanaan Pembangunan
Dalam sejarah perkembangannya,
perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia dibagi dalam beberapa periode, yakni
:
Periode Orde Baru, dibagi dalam :
• Periode 1945 – 1950
• Periode 1951 – 1955
• Periode 1956 – 1960
• Periode 1961 – 1966
Periode Setelah Orde Baru dibagi dalam
:
• Periode 1966 s/d periode stabilisasi
dan rehabilitasi
• Periode
Repelita I : 1969/70 – 1973/74
• Periode Repelita II : 1974/75 –
1978/79
• Periode Repelita III : 1979/80 –
1983/84
• Periode Repelita IV : 1984/85 –
1988/89
• Periode Repelita V : 1989/90 –
1993/94
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar